Matius 26: 36 – 46

Bukan Jalan Mudah Yang Kupilih

Jauh dijugjug, anggang diteang (terj. Bhs Indonesianya: jauh dituju, berjarak dicari atau sejauh apapun, sesulit apapun pasti akan ditempuh. Pasti akan dihadapi, pasti akan dijalani). Jauh dijugjug, anggang diteang adalah sebuah prinsip hidup yang kuat, yang hendak mengingatkan, ketika ada kemauan dan kesungguhan maka semua bisa dilakukan, semua bisa dikerjakan dan dihadapi. Seorang yang memiliki prinsip hidup jauh dijugjug, anggang diteang akan melihat kesulitan bukan sebagai hambatan ataupun penghalang yang akan menghentikan langkahnya. Sebaliknya, ia melihat kesulitan itu sebagai sesuatu yang harus ia hadapi, taklukan dan kalahkan, untuk mencapai tujuan yang diyakini . Firman Tuhan hari ini, memperlihatkan bagaimana Yesus, melakukan prinsip hidup jauh dijugjug anggang diteang, melalui sebuah keberaniannya untuk memilih jalan yang tidak mudah. Yesus mempraktekkan sikap hidup yang mau menghadapi apapun kesulitan yang ada dihadapan-Nya.

Selanjutnya, Alkitab mencatat bahwa bahwa Yesus dan murid-murid-Nya tiba di suatu taman bernama Getsemani. Setibanya di taman Getsemani, Tuhan Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan berdoa di situ dan membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya.

Tidak seperti biasanya, doa Yesus kali ini sepertinya begitu dalam dan berat. Ia merasa sedih dan mulai gentar. Hal itu terlihat ketika sebelum memulai berdoa, Ia mengatakan kepada Murid-murid-Nya, bahwa Ia berada dalam kondisi sedih dan gentar seperti mau mati rasanya (ayat 38). Markus 14:33b, memberi penjelasan tambahan tentang keadaan Yesus ketika itu, bahwa Yesus bukan hanya gentar, tetapi juga sangat takut. Begitu juga dengan Lukas 22:44b menggambarkan kondisi Yesus benar-benar berada dalam keadaan sangat ketakutan, sehingga peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Kondisi ini dalam ilmu kesehatan disebut Hematidrosis (juga disebut hematohidrosis; keringat darah). Kondisi yang sangat jarang terjadi, dimana seseorang mengeluarkan keringat darah. Hal ini terjadi jika orang itu mengalami tekanan batin yang sangat berat, misalnya menghadapi kematian. Karena itu, doa Yesus kali ini, merupakan satu doa yang penuh dengan pergumulan batin.

Nampaknya, itu karena Yesus sudah tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi. Beberapa hari ke depan, Ia akan menghadapi penderitaan yang berat. Yesus bergumul dengan itu. Dan dalam pergumulan-Nya itu, Yesus tahu bahwa Ia perlu berdoa, Ia perlu Bapa. Tentu ini menjadi pengingatan buat kita, ketika mengalami berbagai pergumulan hidup, kita jangan pernah berjuang sendiri, apalagi merasa ditinggal sendiri, tetapi berdoa dan bergumulah bersama Tuhan.

Lalu bagaimana Yesus mengatasi pergumulan berat itu? Ayat 39 amemperlihatkan sikap Yesus, “maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”. Untuk mengatasi pergumulannya itu, Yesus berdoa memohon kepada Bapa-Nya agar cawan itu lalu dari pada-Nya. Bahkan Yesus meminta hal yang sama sebanyak tiga kali (ayat 39, 42 dan 44). Hal ini memperlihatkan betapa hebatnya pergumulan yang Yesus hadapi saat itu.

Namun yang menarik, Yesus tidak memaksakan kehendak-Nya agar cawan itu lalu dari diriNya. Yesus mengembalikan semuanya itu pada kehendak Bapa-Nya. Pilihan ada, tetapi Ia tetap memilih setia dengan apa yang harus Ia hadapi dan jalani. Tindakan-Nya itu menjelaskan betapa Yesus berjuang dengan pergumulan-Nya, berjuang melawan ketakutanNya. Bisa saja Ia pergi, bisa saja Ia lari, bisa saja Ia menghindar, bisa saja Ia melakukan sesuatu supaya tidak perlu menghadapi Salib, tapi pilihan itu tidak Ia ambil. Yesus tetap memilih jalan yang tidak mudah itu. Yesus tetap memilih jalan taat pada Kehendak Bapa. Yesus tetap memilih jauh dijugjug, anggang diteang.

Mengapa? Karena demi memberi hidup dan kehidupan bagi manusia yang berdosa, demi cinta-Nya pada kita, demi kasih-Nya pada banyak orang. Demi menebus dosa manusia. Oleh karena itu, kita dapat belajar dari pergumulan Yesus di Taman Getsemani. Ketika Ia menyerahkan semuanya pada kehendak Bapa, maka bukan jalan mudah yang Yesus pilih. Ia memilih jalan yang sulit, jalan penderitaan dan salib. Tindakan Yesus ini memperlihatkan bahwa kematian tidak membuat Yesus kalah dan menyerah. Yesus setia pada tujuan-Nya semula, dengan mantap menatapi dan menjalani jalan yang tidak mudah itu.

Untuk Didiskusikan:

1. Apa ketakutan terbesar dalam hidup kita? Bagaimana cara kita menghadapi ketakutan itu?

2. Bagaimana supaya kita bisa tetap taat dan setia, bahkan memiliki prinsip hidup jauh dijugjug, anggang diteang, meski kita menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang tidak mudah?